Langsung ke konten utama

WANITA MISTERIUS DARI FACEBOOK - Alister N

WANITA MISTERIUS DARI FACEBOOK

Setelah sekian lama sibuk bekerja, akhirnya hari ini bisa rebahan sepuasnya. Ada segelas kopi hitam dan nastar. Nastar yang selalu menjadi kue andalan saat akhir tahun tiba. Buatan mama.

Niatnya sih mau membaca, tetapi mata ini terganggu dengan satu akun Facebook yang baru saja mengkonfirmasi pertemanan dengan saya. Sekilas tidak ada bedanya akun ini dengan yang lain.

Yang buat penasaran adalah isi linimasa akun cewek ini. Ada banyak puisi, potongan syair lagu, dan beberapa vidio kucing. Saya tidak tahu apa puisi-puisi itu ia tulis sendiri atau sekadar mengutip dari berbagai sumber.

Sekian lama membaca puisi-puisinya membuat saya semakin gila. Jiwa jomlo merontah-rontah. Saya makin penasaran seperti apa orangnya.

Tetapi? Bagaimana cara mendekatinya? Saya tidak punya pengalaman yang bagus soal mendekati cewek.

Terakhir kali saya berkencan dengan seorang wanita, berakhir dengan nomor saya diblokir. Akun Facebooknya di Massanger menjadi ‘Pengguna Facebook’ dan saya sendiri tidak tahu kenapa semua itu bisa terjadi.

Padahal sebelum pertemuan kami, saya sudah membaca banyak tips di Kaskus, nonton vidio kencan di Youtube dan baca banyak blog-blog yang membahas tentang kencan. Tapi entahlah, mungkin dia bukan takdir saya.

Tapi bagaimana cara saya memulai obrolan dengan gadis ini? Sudah dua jam saya hanya menatap layar ponsel seperti orang tolol. Mencari di grup mana saja dia bergabung, mengamati film atau buku apa saja yang dia baca. Berharap jika suatu saat kami ngobrol, entah di mana, bisa nyambung.

Waktu yang dinanti akhirnya tiba. Dia membuat story Facebook dengan puisi-puisi. Tidak boleh hilang kesempatan. Saya harus merapat.

Tapi …. Saya kebingungan. Apa yang harus saya balas? Sekalipun saya suka membaca puisi, saya tak pernah paham soal puisi. Lagipula puisi-puisi yang saya baca hanya puisi yang kebetulan lewat di linimasa saya
Beberapa kali mengetik balasan yang saya pikir itu pas, tetapi akhirnya saya urungkan. Hanya satu kata saja yang saya bisa.

‘Keren.’

Tidak sampai lima menit, satu balasan datang dari dia. Wow! Progress yang bagus bukan?

‘😊’

Hanya ini? Lalu bagaimana saya harus memulai obrolan? Apa dia tidak punya kata-kata manis atau apalah untuk bisa berlanjut ke diskusi panjang?

Saya kehabisan ide. Akhirnya saya letakan saja ponsel di atas kasur dan duduk. Mengambil sepotong nastar. Berharap nastar ini memberi saya sejuta inspirasi untuk memulai obrolan dengannya.

Sejam lebih menunggu, kopi udah tandas di dasar cangkir dan dia tidak lagi bikin story maupun status. Sebenarnya bisa saja komen di status lamanya, sok akrab mungkin, tetapi rasanya kurang sreg. Saya butuh sesuatu yang lebih fresh.

Setelah menunggu sekian lama, nyaris seharian, akhirnya dia post lagi satu story. Masih tentang puisi. Dengan kebulatan tekat yang matang dan insting lelaki, saya balas dengan satu kalimat pendek. Semoga saja dia tergerak untuk balas dan kami memulai suatu obrolan panjang entah untuk topik apa.

‘Puisi yang bagus. Siapa yang menginspirasi?’

Setelah memastikan terkirim. Ponsel saya letakan di atas bantal. Saya meregangkan otot leher dan otot punggung. Bayangan saya sudah berlari jauh ke depan. Mungkin saja dia wanita yang cantik dengan rambut ikal, tingginya sama dengan saya, badannya bak personel Blackpink dan senyum menawan dengan bibir merah yang buat kelimpungan.

Sial! Setelah sekian lama dan saya periksa kembali ponsel saya, dia hanya membaca. Bahkan sebuah emot pun dia tidak kirimkan.

Saya tidak boleh menyerah. Hari masih panjang. Mungkin pertanyaan saya kurang menarik dan tidak spesifik.

‘Saya juga suka puisi-puisi Joko Pinurbo yang kamu baca. Puisi yang sangat inspiratif namun membuat kita tergelitik.’

Kirim!

Jujur saja, kata-kata di atas bukan punya saya. Itu pernah saya baca dulu di status salah satu teman saat dia mereview buku puisi Jokpin. Saya bahkan tidak tahu puisi-puisi seperti apa yang ditulis Jokpin. Tapi apa salahnya bicara begitu kan? Biar terlihat keren.

Dia hanya membaca pesan saya. Masih tidak ada balasan apapun, padahal jelas-jelas ketahuan kalau dia sedang online.

Mungkin ini cara yang dia pakai untuk membuat saya semakin penasaran. Kata orang-orang, sudah menjadi takdir pria untuk memperjuangkan cintanya. Apa salahnya saya mencoba?

‘Nona? Maaf kalau saya lancang. Apa kita bisa kenalan?’

Dia masih saja. Hanya membaca.

‘Nona? Apa saya sudah buat suatu kesalahan sehingga hanya dibaca?’

Masih saja sama, dia hanya membaca. Emosi saya sudah di ubun-ubun. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Ingin rasanya saya maki-maki.

Tia-tiba pintu kamar saya digedor dengan keras. Apa-apaan ini?

“Beni!!”

“Iya, Ma.”

“Stop inboks-inboks mama. Itu mama punya akun baru!”

Sial! Saya sudah patah hati jauh sebelum jatuh cinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat - Dinda Astari Sinurat

Sahabat “Na, di ATM mu ada uang berapa?” tanyaku pada Aina, saat kami mengantri mengambil wudhu didepan tempat wudhu di mushola kampus. “1,9 juta, Dit. Kenapa?” tanyanya sambil menatap tajam mataku. “Aku ada perlu, aku pakai dulu semua boleh? Seminggu lagi aku bayar. Boleh ya Na. Aku minta tolong banget. Please,” Ku pegang erat tangannya, memandang matanya dengan wajah memelas berharap dia luluh. “Oke, aku kasih. Tapi beneran satu minggu yah. Aku perlu uang pegangan untuk beli obat dadakan soalnya.” “Oke,” jawabku bersemangat lalu memeluk tubuhnya. Aina yang ku peluk malah mendorong jidatku agar aku melepaskan pelukannya. Aina adalah sahabat terdekatku. Dia merupakan anak yang taat dan mandiri. Sholat dan ibadah shunnah tidak pernah lepas dari dirinya. Bahkan dia sering membawa Al Qur’an kecil untuk dia baca saat menunggu jam perkuliahan selanjutnya. Aina juga anak yang cerdas, menjadi sahabatnya berhasil menyelamatkanku dari telat wisuda. Sebelum dekat dengannya IPku hanya be

Niat Membantu Atau Menjadikannya Pembantu - Adilla Osin

#kisahnyata #terjadisekitarkita Niat Membantu Atau Menjadikan Pembantu Nama ku nina umur ku 12 tahun, aku tinggal di Cimahi Bandung. Ibu ku sudah meninggal 4 tahun lalu sedangkan ayahku sudah menikah lagi tak lama setelah ibu meninggal. Aku tidak tinggal dengan ayah, karena aku tidak suka dengan ibu sambung ku. Bukan karena dia jahat sepeti ibu tiri di televisi. Hanya karena aku tak nyaman melihatnya berkeliaran di rumah menggunakan semua yang ibu ku punya dan biasa ia pakai. Itu sedikit mengganggu perasaan ku. Sedih saja rasanya. Mungkin benar aku butuh banyak waktu untuk menerima kenyataan hidup ku. Terlebih umurku belum cukup matang untuk mencerna semua keadaan ini. Sejak ibu meninggal, aku tinggal berasama uwak Ismi. Dirumah itu aku tinggal dengan uwak, ninik, dede Ria, dan teteh Mia. Wak Ismi sudah lama bercerai bahkan sepertinya jauh sebelum ibu meninggal. Dirumah ini aku selalu membantu uwak mengurus rumah, dari mulai mencuci piring, nyapu, ngepel, mencuci baju sampai

Menikah Dengan Security - Ummi Aqeela Qairee

#Penjaga_Hati (Menikah dengan Security) Part 1 By Ummi Aqeela Qaireen Inilah takdirku .... Aku mencoba untuk menjalani semuanya dengan ikhlas. Menempatkan prasangka baik di atas pikiran-pikiran burukku tentang kisah yang tak kupahami ini. Menganggap semuanya seakan biasa, meski sesungguhnya sangat tidak biasa, bahkan luar biasa. Bagaimana tidak? Hari ini, aku terpaksa harus menikah dengan laki-laki pilihan mantan suamiku, sebagai syarat agar kami bisa rujuk kembali. Membayangkannya saja rasanya tak pernah, apalagi harus menjalaninya. Namun, apa boleh buat! Talak tiga sudah terlanjur dijatuhkan padaku dan kini Mas Dipo mengajakku rujuk kembali. Langkah ini mau tak mau harus dilalui agar aku bisa menikah kembali dengannya. "Hallo Sayang ... bagaimana acaranya lancar?" tanya Mas Dipo nun jauh di seberang sana. "Alhamdulillah, Mas. Ini baru saja selesai," jawabku cepat. "Syukurlah ... mas masih banyak kerjaan di sini. Kamu baik-baik aja di