Langsung ke konten utama

Gaya Hidup - Eti Dwi Riani

Gaya Hidup

"Si Murni saban hari perasaan begitu-begitu aje." Ujar Mpok Leha pada Indun.

" Die mah menganut garis ngirit alias pelit bin medit." Timpal Mpok Indun.

"Saban hari ntu baju nyang dipake ntu..ntu aje padahalan mah suaminye gajinye gede." Mpok Leha mengomentari pakaian Murni.

"Aye aje yang lakinye biase aja saban tiap awal bulan beli baju baru, biar apdet gitu. Biar kate ngutang-ngutang juga biar kagak malu-maluin kalo ada kondangan." Ujar Mpok Indun.

"Iye, mana di dapurnye panci cuman ade 2 biji ntu aje pantatnye dah pada item gosong-gosong, yaelah.. timbang beli panci nyicil arisan juga bisa." Timpal Mpok Leha.

Memang pagi-pagi biasanya mereka sering kumpul dibawah pohon Mangga depan warung Mpok Leha.

" Alhamdulillah Mpok Leha, Indun besok malam dapet pesenan siomay buat acara pesta di hotel mewah serebu porsi, bantuin ye Mpok Leha?"

"Waah, mau, mau nanti aye bantuin dah." Semangat Mpok Leha membantu Mpok Indun."

####

Murni seorang ibu rumah tangga biasa, kesehariannya mengurus rumah, anak dan suami terkadang Ia mengikuti kajian taklim atau kegiatan sosial.

Memang suaminya bergaji cukup, namun Ia bukanlah tipe yang suka belanja - belanja ini itu yang tidak penting.

Baginya kebutuhan berbeda dengan keinginan. Keria Ia butuh maka dengan mudah dompetnya terbuka namun, jika hanya sebatas keinginam kancing dompet akan Ia tutup rapat-rapat.

Barang-barang rumah tanggapun hanya Ia beli yang berdasarkan kebutuhan kecuali jika dia catering Ia akan membeli banyak panci-panci dan berbagai perkakas yang dibutuhkan.

Bukan Ia tidak punya barang-barang branded namun Ia lebih memilih memakainya disaat yang tepat. Karena menjaga perasaan para tetangganya yang mayoritas menengah. Ia tak ingin penampilannya membuat orang tidak bersyukur atau malah menjadi sumber iri dan dengki.

Bulan lalu suaminya menghadiahi tas merk terkenal dari Perancis yang harganya bisa buat sepuluh kali SPP anaknya. Bukan untuk gaya-gaya tapi sebagai pemupuk cinta mereka dan memang sedang ada rezeki.

Dua bulan lalu sepatu baru mendarat di rumahnya via kurir sepasang sepatu pesta branded hadiah dari sepupunya yang tinggal di luar negeri.

Tiga bulan yang lalu jam tangan branded pun mendarat manis dipergelangan tangannya sebagai hadiah dari suaminya karena suaminya mendapat bonus dari perusahaan.

Malam ini barang-barang itu akan dipakainya karena ada undangan anak bos suami yang akan melangsungkan pernikahan di sebuah hotel mewah.

Baginya ini saat yang tepat karena ia juga tak ingin mempermalukan suami di depan kolega-koleganya jika penampilnnya sangat sederhana.

####

" Mari Bu siomaynya, enak loh." Mpok Leha mempersilakan para tamu di gubuk siomay Mpok  Indun.

" Eh..Mpok Leha? Mpok Indun? ternyata disini juga ya?" Tanya seorang yang wajahnya tak asing namun penampilannya bikin pangling malam itu sebuah gaun manis berwarna marun dipadu dengan kerudung satin baby pink serta tas tangan branded dan sepatu pesta yang sangat manis dan pas membuat mata Mpok Leha dan Mpok Indun terbelalak bagaikan mau keluar.

Ternyata Murni datang ke pesta yang sama namun bedanya Mpok Indun dan Mpok Leha sebagai catering siomay gubuk dengan seragam dari panitia. Sementara Murni sebagai undangan.

#gayahidupitupilihan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat - Dinda Astari Sinurat

Sahabat “Na, di ATM mu ada uang berapa?” tanyaku pada Aina, saat kami mengantri mengambil wudhu didepan tempat wudhu di mushola kampus. “1,9 juta, Dit. Kenapa?” tanyanya sambil menatap tajam mataku. “Aku ada perlu, aku pakai dulu semua boleh? Seminggu lagi aku bayar. Boleh ya Na. Aku minta tolong banget. Please,” Ku pegang erat tangannya, memandang matanya dengan wajah memelas berharap dia luluh. “Oke, aku kasih. Tapi beneran satu minggu yah. Aku perlu uang pegangan untuk beli obat dadakan soalnya.” “Oke,” jawabku bersemangat lalu memeluk tubuhnya. Aina yang ku peluk malah mendorong jidatku agar aku melepaskan pelukannya. Aina adalah sahabat terdekatku. Dia merupakan anak yang taat dan mandiri. Sholat dan ibadah shunnah tidak pernah lepas dari dirinya. Bahkan dia sering membawa Al Qur’an kecil untuk dia baca saat menunggu jam perkuliahan selanjutnya. Aina juga anak yang cerdas, menjadi sahabatnya berhasil menyelamatkanku dari telat wisuda. Sebelum dekat dengannya IPku hanya be

Niat Membantu Atau Menjadikannya Pembantu - Adilla Osin

#kisahnyata #terjadisekitarkita Niat Membantu Atau Menjadikan Pembantu Nama ku nina umur ku 12 tahun, aku tinggal di Cimahi Bandung. Ibu ku sudah meninggal 4 tahun lalu sedangkan ayahku sudah menikah lagi tak lama setelah ibu meninggal. Aku tidak tinggal dengan ayah, karena aku tidak suka dengan ibu sambung ku. Bukan karena dia jahat sepeti ibu tiri di televisi. Hanya karena aku tak nyaman melihatnya berkeliaran di rumah menggunakan semua yang ibu ku punya dan biasa ia pakai. Itu sedikit mengganggu perasaan ku. Sedih saja rasanya. Mungkin benar aku butuh banyak waktu untuk menerima kenyataan hidup ku. Terlebih umurku belum cukup matang untuk mencerna semua keadaan ini. Sejak ibu meninggal, aku tinggal berasama uwak Ismi. Dirumah itu aku tinggal dengan uwak, ninik, dede Ria, dan teteh Mia. Wak Ismi sudah lama bercerai bahkan sepertinya jauh sebelum ibu meninggal. Dirumah ini aku selalu membantu uwak mengurus rumah, dari mulai mencuci piring, nyapu, ngepel, mencuci baju sampai

Menikah Dengan Security - Ummi Aqeela Qairee

#Penjaga_Hati (Menikah dengan Security) Part 1 By Ummi Aqeela Qaireen Inilah takdirku .... Aku mencoba untuk menjalani semuanya dengan ikhlas. Menempatkan prasangka baik di atas pikiran-pikiran burukku tentang kisah yang tak kupahami ini. Menganggap semuanya seakan biasa, meski sesungguhnya sangat tidak biasa, bahkan luar biasa. Bagaimana tidak? Hari ini, aku terpaksa harus menikah dengan laki-laki pilihan mantan suamiku, sebagai syarat agar kami bisa rujuk kembali. Membayangkannya saja rasanya tak pernah, apalagi harus menjalaninya. Namun, apa boleh buat! Talak tiga sudah terlanjur dijatuhkan padaku dan kini Mas Dipo mengajakku rujuk kembali. Langkah ini mau tak mau harus dilalui agar aku bisa menikah kembali dengannya. "Hallo Sayang ... bagaimana acaranya lancar?" tanya Mas Dipo nun jauh di seberang sana. "Alhamdulillah, Mas. Ini baru saja selesai," jawabku cepat. "Syukurlah ... mas masih banyak kerjaan di sini. Kamu baik-baik aja di