Langsung ke konten utama

KOND*M RASA RENDANG - Moh Mahbub

KOND*M RASA RENDANG

Barusan saya membaca salah satu tulisan tentang k*nd*m, dan si penulis sepertinya agak tercengang dengan rasa k*nd*m yang ternyata berbagai macam jenisnya menyaingi rasa sirup marj*n, saya jadi teringat di suatu hari yang terik, lewatlah artikel berjudul unik 'K*nd*m Rasa Rendang, Varian Baru Setelah Rasa Nasi Lemak' (Plis, tolong akuilah kalian pasti penasaran lalu mulai searching di mbah gugel). Kalau tidak salah perusahaan yang meluncurkan produk ini berasal dari negeri upin ipin sana, omegat!!!

Saat artikel itu lewat, Ebuset... berasa pengen koprol seketika. Bayangkan!!! aroma santan dan rempah-rempah menyeruak begitu saja saat momen pertempuran romantis akan di mulai, kalau penggunanya adalah manusia berperut rawan baper seperti saya, dijamin bukan wik-wik yang terjadi, semua keromantisan akan buyar dan berganti imajinasi tentang indahnya tumpukan piring-piring rendang yang berjejer di restoran padang sana. Oh Tuhan ampunilah hambaMu!!!

Masih tentang k*nd*m, saya kembali teringat tentang pengalaman teman saya saat masih kelas 1 SMP, dia yang terbiasa belanja sendiri di swalayan pernah mengalami kejadian memalukan tentang benda ini.

Cerita berawal saat gadis nan imut dan manja ini mampir ke swalayan sepulang sekolah, masih berseragam pula, diambilnya beberapa snack dan entah hembusan angin apa yang menuntunnya untuk tertarik pada bungkusan kotak-kotak kecil bertuliskan rasa jeruk dan stroberi didepan kasir, dengan wajah tanpa dosa ia memasukkannya ke keranjang belanja dan segera mengantri untuk membayar, semua orang disana memandanginya dengan tatapan nanar.

"Idihhh... Anak jaman sekarang" (ucap salah seorang ibu-ibu di pojokan)

"Dik, yakin mau beli ini?" Mbak kasir mulai bertanya setelah bengong agak lama.

"Iya, pengen cobain, kayaknya enak" jawab temanku enteng.

"Hah, ini buat adek?" Mbak kasir mulai oleng, dia mencari tiang untuk berpegangan, jaga-jaga kalau nanti pingsan.

"Yaiyalahh... masa buat mama papaku?" jawabnya begitu pede

"Bentar bentar mbak, Adek tau ini apa?" tanya seorang laki-laki berkacamata

"Permen karet"

"Oalaaaahhh" seluruh isi swalayan bersorak hore.

Mbak kasir mulai menjelaskan panjang lebar kepada temanku bahwa benda itu bukan karet jenis permen, tapi karet jenis yang lain. Beruntunglah kau sobat,!!! mbak kasir tak membiarkanmu terjerumus membelinya, tak bisa kubayangkan jika kau masih mengira itu permen karet lalu kau sampai mengemutnya, atau bahkan mencoba meniupnya. Hiiii... Masa depanmu terselamatkan,!!! entah bagaimana nasib temanku satu ini, mungkin sejak kejadian itu dia sudah tak doyan permen karet.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat - Dinda Astari Sinurat

Sahabat “Na, di ATM mu ada uang berapa?” tanyaku pada Aina, saat kami mengantri mengambil wudhu didepan tempat wudhu di mushola kampus. “1,9 juta, Dit. Kenapa?” tanyanya sambil menatap tajam mataku. “Aku ada perlu, aku pakai dulu semua boleh? Seminggu lagi aku bayar. Boleh ya Na. Aku minta tolong banget. Please,” Ku pegang erat tangannya, memandang matanya dengan wajah memelas berharap dia luluh. “Oke, aku kasih. Tapi beneran satu minggu yah. Aku perlu uang pegangan untuk beli obat dadakan soalnya.” “Oke,” jawabku bersemangat lalu memeluk tubuhnya. Aina yang ku peluk malah mendorong jidatku agar aku melepaskan pelukannya. Aina adalah sahabat terdekatku. Dia merupakan anak yang taat dan mandiri. Sholat dan ibadah shunnah tidak pernah lepas dari dirinya. Bahkan dia sering membawa Al Qur’an kecil untuk dia baca saat menunggu jam perkuliahan selanjutnya. Aina juga anak yang cerdas, menjadi sahabatnya berhasil menyelamatkanku dari telat wisuda. Sebelum dekat dengannya IPku hanya be

Niat Membantu Atau Menjadikannya Pembantu - Adilla Osin

#kisahnyata #terjadisekitarkita Niat Membantu Atau Menjadikan Pembantu Nama ku nina umur ku 12 tahun, aku tinggal di Cimahi Bandung. Ibu ku sudah meninggal 4 tahun lalu sedangkan ayahku sudah menikah lagi tak lama setelah ibu meninggal. Aku tidak tinggal dengan ayah, karena aku tidak suka dengan ibu sambung ku. Bukan karena dia jahat sepeti ibu tiri di televisi. Hanya karena aku tak nyaman melihatnya berkeliaran di rumah menggunakan semua yang ibu ku punya dan biasa ia pakai. Itu sedikit mengganggu perasaan ku. Sedih saja rasanya. Mungkin benar aku butuh banyak waktu untuk menerima kenyataan hidup ku. Terlebih umurku belum cukup matang untuk mencerna semua keadaan ini. Sejak ibu meninggal, aku tinggal berasama uwak Ismi. Dirumah itu aku tinggal dengan uwak, ninik, dede Ria, dan teteh Mia. Wak Ismi sudah lama bercerai bahkan sepertinya jauh sebelum ibu meninggal. Dirumah ini aku selalu membantu uwak mengurus rumah, dari mulai mencuci piring, nyapu, ngepel, mencuci baju sampai

Menikah Dengan Security - Ummi Aqeela Qairee

#Penjaga_Hati (Menikah dengan Security) Part 1 By Ummi Aqeela Qaireen Inilah takdirku .... Aku mencoba untuk menjalani semuanya dengan ikhlas. Menempatkan prasangka baik di atas pikiran-pikiran burukku tentang kisah yang tak kupahami ini. Menganggap semuanya seakan biasa, meski sesungguhnya sangat tidak biasa, bahkan luar biasa. Bagaimana tidak? Hari ini, aku terpaksa harus menikah dengan laki-laki pilihan mantan suamiku, sebagai syarat agar kami bisa rujuk kembali. Membayangkannya saja rasanya tak pernah, apalagi harus menjalaninya. Namun, apa boleh buat! Talak tiga sudah terlanjur dijatuhkan padaku dan kini Mas Dipo mengajakku rujuk kembali. Langkah ini mau tak mau harus dilalui agar aku bisa menikah kembali dengannya. "Hallo Sayang ... bagaimana acaranya lancar?" tanya Mas Dipo nun jauh di seberang sana. "Alhamdulillah, Mas. Ini baru saja selesai," jawabku cepat. "Syukurlah ... mas masih banyak kerjaan di sini. Kamu baik-baik aja di