Langsung ke konten utama

Niat Membantu Atau Menjadikannya Pembantu - Adilla Osin

#kisahnyata
#terjadisekitarkita

Niat Membantu Atau Menjadikan Pembantu

Nama ku nina umur ku 12 tahun, aku tinggal di Cimahi Bandung. Ibu ku sudah meninggal 4 tahun lalu sedangkan ayahku sudah menikah lagi tak lama setelah ibu meninggal. Aku tidak tinggal dengan ayah, karena aku tidak suka dengan ibu sambung ku. Bukan karena dia jahat sepeti ibu tiri di televisi. Hanya karena aku tak nyaman melihatnya berkeliaran di rumah menggunakan semua yang ibu ku punya dan biasa ia pakai. Itu sedikit mengganggu perasaan ku. Sedih saja rasanya. Mungkin benar aku butuh banyak waktu untuk menerima kenyataan hidup ku. Terlebih umurku belum cukup matang untuk mencerna semua keadaan ini.

Sejak ibu meninggal, aku tinggal berasama uwak Ismi. Dirumah itu aku tinggal dengan uwak, ninik, dede Ria, dan teteh Mia. Wak Ismi sudah lama bercerai bahkan sepertinya jauh sebelum ibu meninggal.

Dirumah ini aku selalu membantu uwak mengurus rumah, dari mulai mencuci piring, nyapu, ngepel, mencuci baju sampai dengan memandikan dede ria, menyuapi nya, dan menjaganya. Semua aku lakukan kecuali menyetrika baju, aku belum bisa. Membantu di dapur sekedar memotong dan mengupas sayur atau bawang saja sih aku sudah ahli.

Aku tidur dengan teh Mia, dikamarnya yang cute parah. Semua bernuansa pink, cocok sekali dengan teteh yang cantik. Kulitnya yang putih bersih, rambutnya yang panjang, dan tubuhnya yang tinggi semampai.
Tapi teteh adalah orang yang pendiam, tidak seperti ku yang suka sekali bicara.

Teteh tidak pernah melakukan pekerjaan rumah seperti ku, bukan malas. Tapi mungkin juga karena uwak atau ninik tidak pernah meminta teteh untuk membantu mereka.
Yang mereka selalu sebut adalah..
"Nin.. "
"Ninnaaa.. "
"Ninnaaa tolong ini.. "
"Ninnaaa tolong itu.. "
Tidak pagi,
Tidak siang,
Tidak juga malam,
Tidak mengenal waktu.
Bahkan si dede Ria juga sama.

Kadang ketika aku sedang tidur pun karena lelah mereka tetap saja membangunkan ku untuk membantu mereka.
Bila aku menolak mereka akan marah pada ku.

Tak jarang aku kadang menangis karena tidak suka ucapan mereka atau karena sikap mereka pada ku.

Aku rindu ibu, andai ibu masih ada mungkin aku tidak akan menanggung ini.

...

Miris..
Mungkin benar pepatah yang mengatakan "No Free Lunch"

Pelaku demikian kebanyakan adalah mereka yang berkedok saudara dan mampu secara finansial. Sedangkan korbannya adalah mereka yang kesulitan, dalam kemalangan atau jauh dari kata mampu.

Miris..

Si pelaku akan mendapat pujian dari lingkungan sekitar atau keluarga besar karena sudah menjadi guardian angel untuk si korban ditambah dengan tenaga pembantu gratis..tis..tis..
Luar biasa "Bagai mendapat durian runtuh"

Sedang korban "sudah terjatuh tertimpa beton pula".

Dalam sebuah riwayat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda, Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari kiamat.

Untuk sesama muslim saja Allah membalasnya dengan ke untungan luar biasa, apalagi dengan saudara yang darahnya mengalir darah kita.

Semoga mengetuk hati, agar mawas diri dan jauh lebih ikhlas dalam membantu saudara atau siapa pun.

Allah SWT berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ ۗ

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 7)

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

"Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 8)


#ao
#nohoax

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat - Dinda Astari Sinurat

Sahabat “Na, di ATM mu ada uang berapa?” tanyaku pada Aina, saat kami mengantri mengambil wudhu didepan tempat wudhu di mushola kampus. “1,9 juta, Dit. Kenapa?” tanyanya sambil menatap tajam mataku. “Aku ada perlu, aku pakai dulu semua boleh? Seminggu lagi aku bayar. Boleh ya Na. Aku minta tolong banget. Please,” Ku pegang erat tangannya, memandang matanya dengan wajah memelas berharap dia luluh. “Oke, aku kasih. Tapi beneran satu minggu yah. Aku perlu uang pegangan untuk beli obat dadakan soalnya.” “Oke,” jawabku bersemangat lalu memeluk tubuhnya. Aina yang ku peluk malah mendorong jidatku agar aku melepaskan pelukannya. Aina adalah sahabat terdekatku. Dia merupakan anak yang taat dan mandiri. Sholat dan ibadah shunnah tidak pernah lepas dari dirinya. Bahkan dia sering membawa Al Qur’an kecil untuk dia baca saat menunggu jam perkuliahan selanjutnya. Aina juga anak yang cerdas, menjadi sahabatnya berhasil menyelamatkanku dari telat wisuda. Sebelum dekat dengannya IPku hanya be

Menikah Dengan Security - Ummi Aqeela Qairee

#Penjaga_Hati (Menikah dengan Security) Part 1 By Ummi Aqeela Qaireen Inilah takdirku .... Aku mencoba untuk menjalani semuanya dengan ikhlas. Menempatkan prasangka baik di atas pikiran-pikiran burukku tentang kisah yang tak kupahami ini. Menganggap semuanya seakan biasa, meski sesungguhnya sangat tidak biasa, bahkan luar biasa. Bagaimana tidak? Hari ini, aku terpaksa harus menikah dengan laki-laki pilihan mantan suamiku, sebagai syarat agar kami bisa rujuk kembali. Membayangkannya saja rasanya tak pernah, apalagi harus menjalaninya. Namun, apa boleh buat! Talak tiga sudah terlanjur dijatuhkan padaku dan kini Mas Dipo mengajakku rujuk kembali. Langkah ini mau tak mau harus dilalui agar aku bisa menikah kembali dengannya. "Hallo Sayang ... bagaimana acaranya lancar?" tanya Mas Dipo nun jauh di seberang sana. "Alhamdulillah, Mas. Ini baru saja selesai," jawabku cepat. "Syukurlah ... mas masih banyak kerjaan di sini. Kamu baik-baik aja di