TRAUMA MASA KECIL
Aku yang di anggap anak paling sukses di kampungku, karena memiliki banyak sawah, rumah megah hasil dari kerja di Negeri orang. menyembunyikan rahasia kelam masa kecil. Yang tak ada seorang pun tau dan itu membuat sesak dan trauma dalam hati.
Aku adalah anak ke 4 dari 5 saudara. Bapak ku telah meninggal saat aku kelas 1 SD. Ibuku seorang petani, menggarap ladang sepetak peninggalan bapak ku. Kakak pertama ku bekerja di luar kota sebagai pembantu, kakak kedua ku perempuan yang setiap hari bertugas memasak dan mengurus rumah serta momong adik bungsu ku, kakak ketiga ku laki-laki bertugas membantu ibu di ladang.
Dan tugas ku adalah menjaga hewan ternak berupa seekor sapi milik orang lain yang di rawat oleh keluarga ku, jika kelak sapi beranak maka anak nya akan di jual dan di bagi dua dengan ibu ku. Aku menjaga sapi di lapangan penuh rumput agak jauh dari rumah. Orang menyebut nya angon.
Saat angon sapi aku tidak sendirian aku berdua dengan tetanggaku yang ku perkirakan umur nya sama seperti bapak ku. Dia adalah bapak teman ku Mira, aku memanggil nya Lek Di.
Suatu ketika di terik siang yang panas, Lek di berkata padaku " lan aku boleh njaluk ambung'
" Hahahhaha Lek Di ini,minta cium kok ke ulan? minta ke Mira dong lek kan Mira anak Lek Di" jawab ku keheranan mengapa dia berniat mencium ku.
Aku yang saat itu kelas 4 SD belum mengerti maksud bejat Bapak teman ku. Ku pikir dia hanya sayang kepadaku sebab aku sahabat anaknya.
Saat di sekolah ku sampaikan pada Mira kalau bapak nya sering minta cium dan sering memberi ku uang saku.
Mira berkata kalau bapaknya tidak pernah mencium dirinya dan jarang memberinya uang. Ku pikir Mira bohong, sama aku aja bapaknya sayang apalagi sama dia.
Uang saku 100 rupiah pada masa itu sangatlah banyak, aku senang sering di kasih Lek di jika dia selesai mencium pipi ku walau aku tidak suka bau asap rokok dari mulut nya.
Awa nya 100 rupiah lalu menjadi 500 rupiah, awal nya hanya pipi lalu Lek di mulai mencium bibir ku. Ku pikir dia pun memperlakukan hal yang sama pada Mira, sebab Lek di berkata Mira pun di sayang seperti ini jika di rumah.
Hal ini berlangsung cukup lama sekitar dua tahun hingga aku kelas 6 SD, dari sapi seekor hingga menjadi dua ekor yang harus ku angon, awal nya pipi, bibir lalu lama-lama Lek Di mulai berani memegang payudara dan kemaluan ku.
Dan uang yang di kasih pun naik menjadi 1000 rupiah, aku bisa beli ice cream conello jajajan mahal di jaman ku yang baru bisa di beli bila lebaran tiba, uang hasil angpao dari para tetangga.
Apakah aku tidak pernah cerita ke Ibu dan kakak ku ? pernah aku cerita, ku katakan kalau Lek Di sering nyium aku. Ibu ku berkata kalau Lek Di kasian sama aku sebab aku tak punya bapak.
Dan reaksi kakak ku saat aku cerita dia menganggap ku terlalu sering baca novel. Jaman itu tivi sangat jarang dan kami tidak memiliki nya, hiburan kami hanyalah novel dan TTS yang di bawa kakak pertama ku ketika dia libur kerja.
Mengapa Lek di sangat leluasa melecehkan ku? apakah tak ada orang di sekitar kami?
Waktu itu rumah tidak berdempetan seperti sekarang dan tak semua orang memiliki sapi. Orang pun lebih sibuk di ladang. Dan di lapangan itu rumput alang-alang sangat tinggi, jika kita duduk atau rebahan maka tak terlihat.
Hingga suatu ketika Lek Di membuka celana ku dan celana nya, dia berusaha memasukan alat kelamin nya. Aku pun berteriak dan menangis" ibuuuuuuuuu sakit buuuuuu" aku menendang Lek di dan lari pulang meninggalkan lek Di dengan celananya yang masih melorot serta sapi ku.
Sampai di rumah aku tak berani mengatakan pada ibu ku, aku takut ibu marah, aku takut di ejek teman ku, aku takut di musuhi mira.
Sejak saat itu aku tak mau lagi angon sapi, ku katakan pada Ibu aku melihat hantu, aku takut. Dan tugas ku di ganti oleh kakak lelaki ku.
Sikap Lek Di padaku biasa-biasa saja dan aku benci itu. Aku jijik melihat nya. Aku mulai membenci nya, aku menyadari perlakuan nya padaku bukan sayang seorang ayah untuk anak nya. Aku memutuskan menjauhi Mira, tamat SD aku memilih SMP yang berbeda dengan nya. Pun ketika aku lulus SMP aku membujuk ibu untuk memperbolehkan aku kerja di kota ikut kakak ku. Ku katakan aku ga mau sekolah SMA sebab aku tak kepingin jadi apa-apa. Padahal cita-cita ku adalah reporter televisi, agar saat aku di tivi aku bisa berdada-dada untuk Ibu ku, haiii ibu aku masuk tivi khayal ku saat itu.
Hingga saat ini aku tak ingin berumah tangga, aku trauma pada laki-laki. Biarlah mereka mengatakan aku perawan tua.
Aku yang di anggap anak paling sukses di kampungku, karena memiliki banyak sawah, rumah megah hasil dari kerja di Negeri orang. menyembunyikan rahasia kelam masa kecil. Yang tak ada seorang pun tau dan itu membuat sesak dan trauma dalam hati.
Aku adalah anak ke 4 dari 5 saudara. Bapak ku telah meninggal saat aku kelas 1 SD. Ibuku seorang petani, menggarap ladang sepetak peninggalan bapak ku. Kakak pertama ku bekerja di luar kota sebagai pembantu, kakak kedua ku perempuan yang setiap hari bertugas memasak dan mengurus rumah serta momong adik bungsu ku, kakak ketiga ku laki-laki bertugas membantu ibu di ladang.
Dan tugas ku adalah menjaga hewan ternak berupa seekor sapi milik orang lain yang di rawat oleh keluarga ku, jika kelak sapi beranak maka anak nya akan di jual dan di bagi dua dengan ibu ku. Aku menjaga sapi di lapangan penuh rumput agak jauh dari rumah. Orang menyebut nya angon.
Saat angon sapi aku tidak sendirian aku berdua dengan tetanggaku yang ku perkirakan umur nya sama seperti bapak ku. Dia adalah bapak teman ku Mira, aku memanggil nya Lek Di.
Suatu ketika di terik siang yang panas, Lek di berkata padaku " lan aku boleh njaluk ambung'
" Hahahhaha Lek Di ini,minta cium kok ke ulan? minta ke Mira dong lek kan Mira anak Lek Di" jawab ku keheranan mengapa dia berniat mencium ku.
Aku yang saat itu kelas 4 SD belum mengerti maksud bejat Bapak teman ku. Ku pikir dia hanya sayang kepadaku sebab aku sahabat anaknya.
Saat di sekolah ku sampaikan pada Mira kalau bapak nya sering minta cium dan sering memberi ku uang saku.
Mira berkata kalau bapaknya tidak pernah mencium dirinya dan jarang memberinya uang. Ku pikir Mira bohong, sama aku aja bapaknya sayang apalagi sama dia.
Uang saku 100 rupiah pada masa itu sangatlah banyak, aku senang sering di kasih Lek di jika dia selesai mencium pipi ku walau aku tidak suka bau asap rokok dari mulut nya.
Awa nya 100 rupiah lalu menjadi 500 rupiah, awal nya hanya pipi lalu Lek di mulai mencium bibir ku. Ku pikir dia pun memperlakukan hal yang sama pada Mira, sebab Lek di berkata Mira pun di sayang seperti ini jika di rumah.
Hal ini berlangsung cukup lama sekitar dua tahun hingga aku kelas 6 SD, dari sapi seekor hingga menjadi dua ekor yang harus ku angon, awal nya pipi, bibir lalu lama-lama Lek Di mulai berani memegang payudara dan kemaluan ku.
Dan uang yang di kasih pun naik menjadi 1000 rupiah, aku bisa beli ice cream conello jajajan mahal di jaman ku yang baru bisa di beli bila lebaran tiba, uang hasil angpao dari para tetangga.
Apakah aku tidak pernah cerita ke Ibu dan kakak ku ? pernah aku cerita, ku katakan kalau Lek Di sering nyium aku. Ibu ku berkata kalau Lek Di kasian sama aku sebab aku tak punya bapak.
Dan reaksi kakak ku saat aku cerita dia menganggap ku terlalu sering baca novel. Jaman itu tivi sangat jarang dan kami tidak memiliki nya, hiburan kami hanyalah novel dan TTS yang di bawa kakak pertama ku ketika dia libur kerja.
Mengapa Lek di sangat leluasa melecehkan ku? apakah tak ada orang di sekitar kami?
Waktu itu rumah tidak berdempetan seperti sekarang dan tak semua orang memiliki sapi. Orang pun lebih sibuk di ladang. Dan di lapangan itu rumput alang-alang sangat tinggi, jika kita duduk atau rebahan maka tak terlihat.
Hingga suatu ketika Lek Di membuka celana ku dan celana nya, dia berusaha memasukan alat kelamin nya. Aku pun berteriak dan menangis" ibuuuuuuuuu sakit buuuuuu" aku menendang Lek di dan lari pulang meninggalkan lek Di dengan celananya yang masih melorot serta sapi ku.
Sampai di rumah aku tak berani mengatakan pada ibu ku, aku takut ibu marah, aku takut di ejek teman ku, aku takut di musuhi mira.
Sejak saat itu aku tak mau lagi angon sapi, ku katakan pada Ibu aku melihat hantu, aku takut. Dan tugas ku di ganti oleh kakak lelaki ku.
Sikap Lek Di padaku biasa-biasa saja dan aku benci itu. Aku jijik melihat nya. Aku mulai membenci nya, aku menyadari perlakuan nya padaku bukan sayang seorang ayah untuk anak nya. Aku memutuskan menjauhi Mira, tamat SD aku memilih SMP yang berbeda dengan nya. Pun ketika aku lulus SMP aku membujuk ibu untuk memperbolehkan aku kerja di kota ikut kakak ku. Ku katakan aku ga mau sekolah SMA sebab aku tak kepingin jadi apa-apa. Padahal cita-cita ku adalah reporter televisi, agar saat aku di tivi aku bisa berdada-dada untuk Ibu ku, haiii ibu aku masuk tivi khayal ku saat itu.
Hingga saat ini aku tak ingin berumah tangga, aku trauma pada laki-laki. Biarlah mereka mengatakan aku perawan tua.
Komentar
Posting Komentar